PUISIINDONESIA Selasa, 26 Mei 2015 PERJUANGAN Kepada Taman Siswa (Karya: Sutan Takdir Alisjahbana) PERJUANGAN Kepada Taman Siswa Tenteram dan damai? Tidak, tidak Tuhanku! Tenteram dan damai waktu tidur di malam sepi. Tenteram dan damai berbaju putih di dalam kubur. Tetapi hidup ialah perjuangan. Perjuangan semata lautan segera.
Beberapatokoh seperti Sutan Takdir Alisjahbana (1908-1986), Amir Hamzah (1911-1946), dan Arjmin Pane (1908-1970) merupakan penyair dalam angkatan Pujangga Baru ini. Berikut ini ciri atau karakteristik puisi baru, diantaranya yaitu:
Kenalkan Aku Hewan (kumpulan puisi anak-anak, 1976) Puisi-puisi Langit (1990) Rerumputan Dedaunan (terj. antologi puisi, 1993) Tirani dan Benteng (1993) Jadi Orang Indonesia (1998) 7.Sutan Takdir Alisyahbana. Prof. Dr. Mr. Sutan Takdir Alisjahbana (STA) merupakan sastrawan, budayawan, dan cendekiawan Indonesia yang terkenal dan terkemuka.
Fast Money. Puisi Kepada Kaum Mistik Sutan Takdir Alisjahbana - Puisi Kepada Kaum Mistik Sutan Takdir Alisjahbana Kepada Kaum Mistik IEngkau mencari Tuhanmu di malam kelamBila sepi mati seluruh bumiBila kabur menyatu segala warnaBila umat manusia nyenyak terhenyakDalam tilam, lelah aku, Tuhanmu Tuhan diam kesunyian! Tetapi aku bertemu Tuhanku di siang-terangBila dunia ramai bergerakBila suara memenuhi udaraBila nyata segala warnaBila manusia sibuk bekerjaHati jaga, mata terbukaSebab Tuhanku Tuhan segala gerak dan kerja Aku berbisik dengan Tuhankudalam kembang bergirang ronaAku mendengar suara Tuhankudalam deru mesin terbang diatas kepalakuAku melihat Tuhankudalam keringat ngalir orang sungguh bekerja IIBerderis decis jelas tangkasTangan ringan tukang pangkasMenggunting ujung rambutkuJatuh gugur bercampur debu Aku melihat Tuhanku AkbarUjung rambut di tanah terbabarTeman, aku gila katamu?Wahai, kasihan aku melihatmu Mempunyai mata, tiada bermataDapat melihat, tak pandai melihatSebab beta melihat Tuhan di-mana2Diujung kuku yang gugur diguntingPada selapa kering yang gugur ke tanahPada matahari yang panas membakar 19 Oktober 1937 *
Tuhan, Kau lahirkan saya tak pernah kuminta Dan saya tahu, sebelum saya Kau ciptakan Berjuta tahun, tak berhingga lamanya Engkau terus menerus mencipta berbagai ragam Tuhan, pantaskah Engkau menunjukkan hidup sesingkat ini Dari berjuta-juta tahun kemahakayaan-Mu Setetes air dalam samudra tak bertepi Alangkah kikirnya Engkau, dengan kemahakayaan-Mu Dan Tuhanku, dalam hatikulah Engkau perkasa bersemayam Bersyukur sepenuhnya akan kekayaan kemungkinan Terus menerus limpah ruah Engkau curahkan Meski kuinsyaf, kekecilan akrab dan kedaifanku Di bawah kemahakuasaan-Mu, dalam kemahaluasan kerajaan-Mu Dengan tenaga imajinasi Engkau limpahkan Aku sanggup mengikuti dan memalsukan permainan-Mu Girang berkhayal dan mencipta banyak sekali ragam Terpesona sendiri menikmati keindahan ciptaanku Aahh, Tuhan Dalam kepenuhan terliput kecerahan sinar cahaya-Mu Menyerah kepada kebesaran dan kemuliaan kasih-mu Aku, akan menggunakan kesanggupan dan kemungkinan Sebanyak dan seluas itu Kau limpahkan kepadaku Jauh mengatasi mahluk lain Kau cipatakan Sebagai khalifah yang penuh mendapatkan sinar cahaya-Mu Dalam kemahaluasan kerajaan-Mu Tak adalah pilihan, dari bersyukur dan bahagia, bekerja dan mencipta Dengan kecerahan kesadaran dan kepenuhan jiwa Tidak tanggung tidak alang kepalang Ya Allah Ya Rabbi Sekelumit hidup yang Engkau hadiahkan dalam kebesaran dan kedalaman kasih-Mu, tiada berwatas akan kukembangkan, semarak, semekar-mekarnya sampai ketika terakhir nafasku Kau relakan Ketika Engkau memanggilku kembali kehadirat-Mu Ke dalam kegaiban belakang layar keabadian-Mu Dimana saya mengalah lapang dada sepenuh hati Kepada keagungan kekudusan-Mu, Cahaya segala cahaya Sutan Takdir Alisyahbana Toya Bongkah 24 April 1989 Navigasi pos
Tim indoSastra Pencari Karya Sastra yang Bermutu Tinggi Sastra Angkatan Pujangga Baru, bentuk Puisi Karya Sutan Takdir Alisjahbana Ini adalah salah satu puisi yang diciptakan dengan rangkaian makna indah oleh STA, tentang keyakinan masa depan, kata mengalir pasti dengan pola yang terencana apik Dari buku Tebaran Mega Waktu penulisan 24 April 1935 — Aku meninjau kembang sepatu, Larat berkembang di seberang jalan. Bersorai-sorai kesuma memerah, Dalam girang silau kemilau. Daun kering gugur ke bawah, Bunga kerisut menutup kuncup. Siapakah yang melihat, Siapakah yang teringat? Sebab alam ialah hidup Bertempik sorak muda remaja, Berseri bersinar tunas baru, Sedihlah menyepi selara yang jatuh Originally posted 2012-10-20 202552. Republished by Blog Post Promoter
puisi aku dan tuhanku karya sutan takdir alisjahbana